Senin, 02 Mei 2011

(Analogi)




        Gambar di atas menunjukkan bahwa otak ibarat seperangkat komputer, ada input ada output.
 Input pada otak berupa sinyal-sinyal dari indera kita (atau juga dari rangsangan otak sendiri) dan ouput berupa sensasi rasa (di pusat penginderaan) bagai monitor, speaker dan sebagainya pada komputer.
        Kita sudah mengetahui cara kerja otak kita yang bekerja seperti sebuah super komputer yang rumit nan canggih, yang merekam informasi dari 'dunia luar' lalu diinterpretasikan oleh syaraf-syaraf pusat indera kita, tentang apa itu warna, rasa pengecapan, bau dan rasa keras, lembut, sakit, panas, kemudian diinformasikan kepada diri kita. Sehingga kita dapat merasai kehidupan dunia seperti sekarang ini dan juga termasuk alam mimpi yang nyata.


         
       Namun marilah coba pertajam pikiran logis kita dari fakta dan data di atas, bahwa sesungguhnya alam ini tidak mutlak seperti yang kita pikirkan selama ini, karena otak adalah 'mesin komputer' yang memiliki pusat persepsi indera-indera (pusat penglihatan seperti monitor, atau pusat pendengaran seperti speaker) untuk kita rasakan, yang dapat dimanipulasi. Paparannya tentang hal itu akan saya tulis di paragraf selanjutnya.
        
       Saya mencoba menggunakan sebuah contoh, atau lebih ekstrim bisa disebut kasus 'manipulasi' otak. Bagaimana seandainya ada ilmuwan mencoba menciptakan seorang sinesthesiker buatan namun sangat ektrim? Mari kita lihat.

        Para ilmuwan telah sedikit banyak mengetahui segala sensasi rasa yang kita rasakan diatur dalam otak, contoh; inti ventromedial hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengatur respon dan sensasi dari rasa lapar, kenyang, dan rangsangan seksual.
 Kemudian bila ada ilmuwan dengan peralatan canggih 'mengalihkan' sinyal-sinyal masukan yang menuju inti ventromedial hipotalamus itu ke pusat penginderaan rasa panas, dingin kemudian diparalelkan ke pusat penciuman dan pusat penginderaan warna! Apakah yang terjadi?
 Ilmuwan itu telah 'membuat' manusia pengidap sinesthesia 'ekstrim'! Sinesthesiker itu tidak akan pernah merasakan rasa lapar, kenyang ataupun kenikmatan seksual!
 Yang terjadi adalah apabila ia selesai makan; mungkin dia berkata: "perutku rasanya panas kebiruan", atau "perutku terasa bau busuk hijau", begitu juga ketika ia lapar atau mendapat rangsangan seksual.
 Namun ada satu hal penting yaitu: ilmuwan itu tidak perlu menggunakan materi sesungguhnya untuk mendapatkan sensasi rasa tersebut! Dia hanya perlu memberi input sinyal-sinyal listrik dari luar seperti mendapat rangsangan sesungguhnya ke pusat-pusat pengindraan, sehingga si sinesthesiker benar-benar merasakan sensasi rasa tersebut.

         Jadi memang benar bahwa sensasi rasa adalah sesuatu yang relatif, tergantung di otak kita. Inilah kira-kira contoh yang bisa saya berikan untuk menjelaskan bahwa otak adalah mesin pembuat sensasi yang bisa dimanipulasi tanpa keberadaan mutlak rangsangan obyek materi.

        Apa yang bisa kita simpulkan dari penjelasan di atas adalah bahwa dunia yang kita rasakan ini adalah sebuah kerelatifan semata. Karena 'dunia luar' ada hanya sebatas kemampuan indera dan otak kita.
 Dan ternyata otakpun dapat dimanipulasi, seperti kejadian mimpi dan kasus kelainan otak lain, yang membuat 'dunia lain', sebagaimana anjing yang diteliti ilmuwan, hanya mampu melihat warna dari tingkatan putih, abu-abu, dan hitam, namun memiliki 'sensor' penciuman yang tajam, begitu pula hewan yang lain memiliki 'dunia yang berbeda'.
 Artinya, dari semua kerelatifan ini semua hakikatnya adalah ilusi (namun tidak berarti materi tidak ada)!

       Tiada yang mutlak ada, kecuali Dzat Yang Agung yang menciptakan sensasi gambaran ini semua. Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang mengabarkan kenyataan ini:

.Dan tidak ada hidup di dunia ini, kecuali kesenangan, yang sebenarnya tipuan belaka. (Al-Hadid/57:20)

...dan lenyaplah di akhirat itu apa-apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Hud:16)

 Intelektual muslim seperti Imam Rabbani menyadari tanda-tanda ini dari Al-Qur'an dan dengan menggunakan akalnya.

"Allah...substansi dari yang Ia ciptakan hanyalah ketiadaan (nothingness)... Ia menciptakan semuanya dalam wilayah perasaan dan ilusi...Keberadaan jagad ini juga dalam wilayah perasaan dan ilusi, dan bukan materi. Dalam kenyataannya, tidak ada sesuatupun di luar sana, kecuali Yang Maha Agung, (Yaitu Allah)." (Imam Rabbani, Hz. Maktuplari (Letters of Rabbani), Vol. II, 357, Letter. P. 163)

 Wallahu a'lam.

 (dari berbagai sumber)

1 komentar:

  1. jadi ini yang dianalogikan gimana ya????????
    komputer sm otak? atau dunia???

    BalasHapus